6 Pertanyaan yang Sering Muncul di Tes Substansi LPDP Lengkap dengan Tips Menjawabnya

Bagi banyak calon penerima beasiswa LPDP, tahap tes substansi sering menjadi momen paling mendebarkan. Di tahap inilah peserta akan diwawancarai langsung oleh panelis atau interviewer untuk menilai kesiapan akademik, kepribadian, serta motivasi mereka. Tidak jarang, persiapan teknis dan mental akan diuji secara habis-habisan. 

Namun kabar baiknya, sebagian besar pertanyaan yang keluar sebenarnya sudah bisa diprediksi. Sehingga, persiapan bukan hanya soal akademik, tapi juga tentang bagaimana mengekspresikan diri dengan lebih percaya diri. Oleh karena itu diperlukan persiapan matang agar jawaban yang disampaikan menjadi lebih terstruktur, jelas, dan memperkuat peluang untuk lolos.

Salah satu strategi yang efektif adalah dengan mengikuti mockup interview. Simulasi ini bisa membantu kamu memahami pola pertanyaan sekaligus melatih cara menjawab dengan tepat. Salah satu platform yang sering mengadakan mockup interview adalah Study First. Nah, sebelum kamu mengikuti tesnya, mari kita bahas dulu apa itu tes substansi dan enam pertanyaan paling sering muncul di tahap ini.

Apa Itu Tes Substansi LPDP?

Tes substansi LPDP adalah tahap seleksi lanjutan setelah peserta lolos administrasi dan tes bakat skolastik. Pada tahap ini, peserta akan menghadapi wawancara, Leaderless Group Discussion (LGD), atau on the spot essay tergantung kebijakan tahun seleksi.

Tujuan dari tes ini sebenarnya sederhana yaitu untuk memastikan bahwa kandidat tidak hanya unggul secara akademik, tapi juga memiliki motivasi, visi, serta nilai-nilai yang selaras dengan tujuan LPDP, yakni mencetak pemimpin masa depan bangsa.

Panelis biasanya terdiri dari akademisi, praktisi, atau alumni LPDP yang berpengalaman. Mereka tidak hanya melihat jawaban yang kamu berikan, tetapi juga bahasa tubuh, konsistensi, dan keaslian motivasi kamu. Oleh karena itu, kuncinya adalah jujur, percaya diri, dan terstruktur dalam menjawab.

Pertanyaan yang Sering Keluar di Tes Substansi LPDP

Berikut 6 pertanyaan yang paling sering muncul, lengkap dengan tips menjawabnya agar lebih siap menghadapi sesi wawancara:

  1. Bisa ceritakan tentang diri Anda?

Pertanyaan ini klasik, tapi justru jadi penentu awal. Panelis ingin melihat bagaimana kamu memperkenalkan diri secara singkat, jelas, dan menarik. Jangan sekadar menyebut nama dan asal, tapi rangkum identitasmu sebagai seorang calon penerima beasiswa.

Tips menjawab: 

  • Mulailah dengan latar belakang singkat (asal, jurusan, pengalaman relevan).
  • Jelaskan pengalaman akademik/profesional yang berhubungan dengan bidang studi yang kamu pilih.
  • Akhiri dengan tujuan jangka panjang.

Contoh: “Saya lulusan Komunikasi yang fokus pada media digital. Selama kuliah saya aktif di organisasi dan pernah magang di lembaga penyiaran. Melalui LPDP, saya ingin memperdalam bidang media dan komunikasi publik agar bisa mengembangkan strategi komunikasi efektif di sektor pemerintahan.”

  1. Mengapa memilih jurusan dan universitas tersebut?

Ini adalah momen untuk menunjukkan bahwa pilihanmu bukan asal-asalan. Panelis ingin tahu seberapa dalam risetmu mengenai jurusan dan kampus tujuan.

Tips menjawab:

  • Jelaskan alasan akademis (misalnya reputasi jurusan, dosen, kurikulum, riset yang relevan).
  • Hubungkan dengan kebutuhan pribadimu (apa yang ingin kamu pelajari).
  • Kaitkan dengan tujuan karir jangka panjang.

Contoh: “Saya memilih Master of Public Policy di University X karena kampus ini terkenal dengan penelitian kebijakan publik yang aplikatif. Kurikulumnya sesuai dengan minat saya di bidang governance, dan saya yakin pengalaman belajar di sana akan memperkuat kapasitas saya untuk bekerja di sektor kebijakan publik di Indonesia.”

  1. Apa rencana Anda setelah lulus?

Pertanyaan ini mengukur arah dan komitmen. Panelis ingin tahu apakah kamu punya visi jelas untuk masa depan.

Tips menjawab:

  • Bicarakan kontribusi nyata yang ingin kamu lakukan, baik di level profesional, akademik, maupun sosial.
  • Jangan terlalu simpel, tapi juga jangan terlalu sempit.
  • Pastikan relevan dengan bidang studi yang kamu ambil.

Contoh: “Setelah lulus, saya ingin bekerja di lembaga think tank yang fokus pada penelitian media dan kebijakan publik. Dalam jangka panjang, saya ingin mendirikan pusat riset komunikasi yang bisa membantu pemerintah dalam merancang strategi komunikasi berbasis data.”

  1. Mengapa memilih LPDP sebagai beasiswa?

Pertanyaan ini diajukan karena panelis ingin menilai sejauh mana motivasimu dalam memilih LPDP dibanding beasiswa lain.

Tips menjawab:

  • Tekankan keunggulan LPDP, misalnya fleksibilitas bidang studi, dukungan penuh, serta jejaring alumni yang kuat.
  • Hubungkan dengan tujuanmu, bagaimana LPDP bisa menjadi jembatan untuk mencapainya.

Contoh: “Saya memilih LPDP karena program ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tapi juga membangun ekosistem alumni yang solid. Saya percaya jejaring ini akan menjadi modal penting bagi saya untuk memperluas kontribusi di bidang komunikasi publik setelah lulus.”

  1. Apa kelebihan dan kelemahanmu?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan klasik dan hampir selalu muncul di sesi wawancara, termasuk wawancara beasiswa. Panelis ingin tahu seberapa jujur dan reflektif kamu terhadap diri sendiri. Mereka tidak membutuhkan jawaban sempurna, tetapi mereka ingin melihat apakah kamu paham dengan kekuatanmu dan bisa mengelola kekuranganmu. Nah, banyak kandidat yang terjebak lalu memberikan jawaban normatif seperti “kelebihan saya adalah perfeksionis, kelemahan saya suka terlalu rajin.” Justru itu malah kesan yang tidak natural.

Tips menjawab:

  • Pilih kelebihan yang relevan dengan bidang studi atau kontribusi yang akan kamu berikan.
  • Jelaskan kelemahan secara jujur, lalu tunjukkan upaya yang dilakukan untuk memperbaikinya.
  • Hindari jawaban yang terdengar klise atau terlalu umum.

Contoh: “Kelebihan saya adalah konsistensi. Misalnya, saat menulis penelitian skripsi, saya punya jadwal harian yang ketat dan terbukti bisa selesai lebih cepat dari target. Untuk kelemahan, saya cenderung terlalu fokus bekerja sendiri. Tapi sekarang saya belajar membagi tugas dan minta feedback dari tim supaya hasilnya lebih maksimal.”

  1. Bagaimana cara Anda menghadapi tekanan?

Studi pascasarjana bukan hal yang mudah. Oleh karena itu panelis ingin tahu bagaimana kamu mengelola stres dan tetap produktif.

Tips menjawab:

  • Ceritakan strategi nyata, bukan sekadar klise.
  • Hubungkan dengan pengalaman nyata yang pernah kamu hadapi.

Contoh: “Saat menghadapi tekanan, saya biasanya membagi pekerjaan menjadi bagian kecil agar lebih terkontrol. Saya juga rutin berolahraga untuk menjaga fokus. Misalnya, saat menyusun skripsi, saya tetap konsisten menulis sedikit demi sedikit setiap hari hingga akhirnya selesai tepat waktu.”

Nah itulah enam pertanyaan yang sering keluar di tes substansi LPDP beserta cara menjawabnya. Ingat, kunci utama bukan hanya pada isi jawaban, tapi juga bagaimana cara kamu menyampaikan dengan tenang dan penuh percaya diri. Jangan lupa latihan sebanyak mungkin supaya saat hari H kamu menjadi lebih siap.

Kalau kamu ingin lebih siap, cobalah mengikuti mockup interview LPDP bersama Study First. Lewat mockup interview ini, kamu bisa mengetahui letak kelemahan jawabanmu dan belajar cara menyusunnya dengan lebih meyakinkan. Selain itu, dengan latihan bersama mentor berpengalaman, kamu bisa mendapatkan feedback langsung dan pastinya lebih pede menghadapi tes substansi LPDP yang sebenarnya.